Pages

Belajar dari Owner Kedai Kopi

Malam ini, 06 Agustus 2014 pukul 21.00 saya janjian bertemu dengan seorang owner kedai kopi yaitu M*C* di Jalan Hayam Wuruk Denpasar. 

Saya menulis identitas lengkap pertemuan saya diatas karena saya tidak akan melupakan pertemuan saya malam ini. Walaupun harus ada bagian yang disensor, demi kebaikan bersama. Jadi ceritanya saya hadir ontime di kedai kopi ini, saya hadir bersama anggota saya (namanya Ana). Kebetulan saya orang beruntung yang memegang tanggung jawab menjadi Koordinator Penggalian Dana dalam kegiatan Hut kampus saya yang puncaknya akan diselenggarakan bulan Oktober nanti. Terkait dengan tanggung jawab itu, jelas kan apa tugas saya ? Iya, mencari dana sebanyak-banyaknya demi suksesnya acara. Dana yang diperoleh dari hubungan kerja sama (sponsorship) bukan sekedar donasi. Oke lanjut, sesuai dengan bayangan saya. Kedai kopi ini memang tidak pernah sepi, jadi saya bersyukur telah mengajak seseorang untuk menemani saya dalam situasi seramai ini menanti datangnya owner yang baru hadir 30 menit kemudian.

Singkatnya perasaan saya memang tidak enak dengan owner ini sejak awal menghubunginya untuk menanyakan kelanjutan proposal yang saya ajukan. Saat itu yang terdengar hanya suara yang tanpa ekspresi, sungguh flat mengatakan bahwa belum membaca proposal saya. Minggu berikutnya (sore tadi) saya menghubunginya kembali, dan jawabannya langsung "nanti ketemu di M*C* jam 9 malem ya," Oke fix, saya langsung mempelajari seluruh konsep acara dan harus siap untuk presentasi dihadapannya. Hanya itu yang ada dipikiran saya setelah mengakhiri pembicaraan via telepon dengannya.

Dan... tibalah saat itu..


Presentasi saya selesai, dan wajah itu berubah. "Lomba yang tentang F* (baca: kampus saya) kok gak ada dalam Hut kampusnya ?" Duarrrr.. petir menyambar saya. Ini pointnya malam ini.

Saya bertemu dengan orang cerdas malam ini. Dia bukan pemilik sembarang kedai kopi, saya berani bertaruh jika ada 10 orang saja yang memiliki otak dan pendirian yang sama sepertinya tidak akan ada lagi orang miskin di Bali. Orang ini benar-benar menampar psikis saya malam ini, dengan membuat saya diam tanpa kata dengan nada bicaranya yang sangat tegas membuka pandangan saya yang biasa. Bisa dibilang sangat mainstream. Mungkin bisa saya bocorkan sedikit apa yang dia katakan :


"Seharusnya kalian membuat suatu acara yang berkaitan dengan profesi kalian ke depannya, jangan hanya sekedar having fun dengan acara ala anak-anak banjar merayakan 17 Agustusan. Capek-capek buat acara, cari sponsor banyak-banyak, tapi hanya sekedar untuk hura-hura. Apalagi kalian sekarang mahasiswa yang pikirannya bukan lagi sama dengan anak SMA. Kalian bangga tidak kalau bisa membuat lomba desaian obat herbal, pemenangnya bisa membuat obat sebelum lepas menjadi seorang yang kesehariannya memang akan kerja di apotek nantinya, harusnya kalian malah ikut berpikir bagaiamana konsumen yang minum obat selama bertahun-tahun bisa nyaman dengan obatnya," ujar seorang owner kedai kopi yang namanya dilengkapi dengan gelar S.Ked.

Saya terpaku. Dan rasanya ingin lari kembali pada rapat dan mengubah konsep acara. Entah bagaimana dari sekian banyak peserta rapat (sebelumnya) tidak ada yang bisa mengguncang rapat dengan ide baru seperti ini. Termasuk saya. Jangan kira saya hanya diam setelah mendapatkan omongan ini, saya langsung membagi kekecewaan saya ini dengan Ketua dan Koordinator Acara kegiatan saya ini. Tapi ? Nothing.

Entah ini "nasi sudah jadi bubur" atau semacam "yang penting kerjaan selesai, yaudah". Kegalauan maksimal saya malam ini adalah, bagaimana kamu bisa puas dengan kegiatan yang "super biasa" dan kamu ulang tiap tahunnya padahal kamu punya kesempatan untuk bisa merubah itu. Kamu, dengan segala kemahasiswaanmu, seharusnya mulai berpikir bahwa puasnya kamu sebagai orang ketika kamu berhasil menciptakan sesuatu yang baru, yang berbeda, karena dari sinilah awalmu mengenal hidup. Hidup yang keras dan selalu butuh akal yang berkembang untuk bisa terus hidup. Jadi bisa di bilang, malam ini saya mati konyol karena gagal menyakinkan teman saya untuk ikut merasa kecewa dengan ide "biasa" yang dirancang.

Tapi katanya, kalau kalian tidak bisa merubah sistem yang ada harusnya kalian berdua yang mulai merubah diri kalian. "Saya hanya ingin anak muda sekarang mandiri, dan membuka ide yang ada dalam kepalanya" katanya lagi sambil menunjuk buku menu dan seluruh isi kedai kopinya yang memang sangat unik dan dirancang sendiri oleh seorang dokter ini.

Semoga yang membaca tulisan ini juga berhenti terlalu "biasa" seperti saya, karena owner ini tidak hanya sekedar memberi bekal hidup tapi menghidupi kegiatan saya dengan memberi produk yang menguntungkan. Baik sekali bukan ? saya ditampar dan setelah itu diberi hadiah. Luar biasa. Saya sepertinya harus lebih sering ditampar dengan orang-orang seperti ini deh ^^


(sembarang dari google, tapi pas ya. Kopi dan Obat)
nb : kedai kopi ini tempatnya asik, dan harganya juga terjangkau. Bisa dibilang murah bahkan, ditambah dengan varian kopi yang beraneka ragam. Jangan ragu untuk mampir, yang ingin tahu bisa tanya secara personal dengan saya ya :)

 
Download this Blogger Template From Coolbthemes.com