"Aku pun sadari ini hanyalah sebuah kisah semu yang sesaat. Meski yang kurasa begitu dalam, hasrat terbawa ohh…"
-Satu Masa, Maliq & D'essentials-
Aku menangkap sosok berbeda dari kamu yang tiba-tiba seringkali mulai berjanji, tapi tak ada kabarnya ketika aku menanti. Ini bukan kamu, bahkan sesibuk apapun kamu. Selalu saja kau menepati janji, tapi malam itu tidak. Hingga aku tiba di rumah dengan ransel baruku, handphoneku masih saja tidak bercahaya. Kabarmu lenyap.
Aku bisa melihat itu raut bahagia. Ketika kau bertemu denganku, Tidak biasa kau asyik dengan gadgetmu, tersenyum simpul. Kau pikir mungkin aku tak melihatnya. Atau memang sengaja kau pamerkan? Aku hanya mereka-reka, terdiam, dan melihat senyum itu lagi yang tak hanya sekali.
Kalian bertegur sapa di sosial media, muncul di timelineku.. Entahlah, dia mungkin orang berikutnya yang setelah sekian lama tak ada yang menggoda kamu di sosial media setelah aku. Aku memilih menutup akun ku daripada aku harus terkena serangan jantung di usia muda. Cukup melihat, cukup tahu.
Dan malam itu ketika kau begitu lemah, datang menghampiriku. Aku memilih diam dan menurunkan suhu tubuhmu dengan kain hangat yang ku tempelkan berulang kali di leher dan perutmu. Aku termenung, melihat kau mengigau sekian kali dan menarik tanganku. Aku menangis, entah karena melihat kau terbaring begitu lemah atau karena aku tahu kenyataaan sebenarnya dari handphonemu yang tergeletak di sebelahmu. Firasat memang bukan hanya harus dipercaya, tapi dibuktikan. Walaupun kenyataannya pahit, setidaknya kamu tidak harus berlama-lama dengan asumsimu. Sama sepertimu yang begitu lemah hadir kepadaku, entah karena penyakit yang sebanarnya atau sakit patah hati yang pertama kali setelah sekian lama ?
Karena kenyataan tidak selalu menyenangkan, bahkan saat hatimu sakit kamu tetap harus menghibur yang sedang melawan sakitnya. Bahkan kini aku mulai bertanya, jika ada satu masa untuk kita kembali mengulang, masihkah getar itu sama ?