Pages

Tentang Papa



“Pa beliin sate,” send to papa, papa simpat*I, papa x*l. Hanya pesan singkat itu yang iseng ku kirim ke tiga nomer yang dimilikinya ketika ia beranjak pergi saat tahu bekal susu pembawa ke alam mimpi adikku gita habis di dapur.

 

Tidak terlalu banyak berharap. Mengingat pulang rapat dari forum tadi sudah menghabiskan semangkok mie ayam pak banjir bersama rekan mondar-mandir tercinta *dewi*. Ya, tapi gimana dong ya.. mungkin 2013 harus tampil beda dengan badan lebih berisi jadi ya mesti makan terus. Gak salah kan? :p

dan akhirnya dua bungkus sate ayam dan dua lontong super jumbo datanggggggggg.. *fly*
tanpa basa-basi, tancap gas dan ludes dalam waktu sekian menit. Yuhuuu betapa gentongnya perut ini. Eh iya, jangan berprasangka buruk ya.. semua makanan itu terbagi untuk empat orang konsumen kok. Gue, dua adik gue, dan tentunya babe tercinta yang sesekali ikut mencomot sate. Jadi tenang, perut gentongnya terbagi sama rata. (ngeles) hahaha

Di tengah hujan, malam ini bagi yang sedang kelaparan seperti saya “beberapa menit yang lalu” pasti mengira ini tulisan ya curhat tentang sate, dagang sate, atau cara membuat sate. Tapi sayang sekali, lihat di sana kamera, di pojok sana kamera, anda gagal mendapat sepiring sate dalam acara sate kaget jika mengira saya akan memposting hal-hal seperti itu. Kasian :p

Ini tentang sosok yang mengerti apa mau seseorang tanpa harus bertutur panjang lebar. Ya siapa lagi kalau bukan papa. Jujur, baru merasa peran seorang ayah ya ketika mulai kuliah. Bukan berarti sebelumnya papa tidak menjadi ayah yang baik, kembali lagi ke posting sebelumnya. Nalar dan pendewasaan yang baru ter bentuk belakangan ini, yang mulai membuat saya berpikir “ohh dia gini karena ini loh…” bukan lagi “kok dia gitu sih…” *bedakan dua hal tersebut*. Jadi ceritanya malam ini, saya dibuat terharu lagi dengan dua bungkus sate dan lontong itu, papa bukan orang yang royal untuk begitu saja membelikan ini itu permintaan anak-anaknya. Prasangka dan praduga sih, kalau gak lagi ada duit cukup ya lagi kangen sama anak-anaknya makanya membelikan sate dengan tujuan bisa makan bersama anak-anaknya. so sweet ya :)

ini foto so sweet papa ngerjain fina :p
gue dan babe tercinta :*

Perasaan senang dan berbunga-bunga ini sama seperti ketika malam itu, aku baru saja selesai rapat dari student center dan memilih untuk kembali ke bukit (kos) ketimbang balik ke rumah (dps) dengan alasan tugas yang mesti diselesaikan malam itu juga. Saat itu papa memaksa untuk menyuruhku pulang ke rumah saja, aku yang kesal berkali-kali menerima telponnya terlebih lagi aku lelah sehabis rapat dan harus balik ke bukit jadi kuputuskan untuk mematikin telponnya dan langsung berangkat ke kos. Sampai di dekat kos, aku membeli nasi bungkus terlebih dahulu. Dan betapa terkejutnya ketika akan turun dari motor, dari kaca spion kulihat sesosok bayangan itu. Wajah PAPA yang sedang nyengir ketawa. Sial. Jadi ceritanya, papa khawatir aku malem-malem ke bukit dan dianter tapi niatnya sembunyi-sembunyi. Ya tuhan, rasanya pengen nangis. *betapa jahatnya udah gak angkat telpon berkali-kali*

Atau mungkin hal ini :
masih bisa ngelawak saat benerin lampu.oke JEPRET ! :p
Aku : “pa, tolong beliin pulsa ya.. 5ribu aja dah pa.. kk udah jalan ke pura, pulsa abis bgt baru liat,” memelas via sms
papa : “uang minta tolongnya mana?” – (yakin ini niatnya nyindir)
aku : “santé gampang, tinggal tak transfer,” – (balik nyindir, dengan gaya santainya papa tiap tak todong duit)
dan akhirnya, pulsa yang datang tidak sesuai dengan permintaan. Dalam artiaan lebih banyak yang terisi.  Ya tuhan.. lagi-lagi terharu.  Isi pulsa 5ribu itu niatnya ya cuma mengabari keadaan ke mereka *meme lan bape* karena situasi sehari itu emang lagi jauh sama mereka. Terlalu banyak ya buat apa, mau ngabarin ke siapa lagi ? *no galau* jadi ya seneng campur terharu.


Rasanya bakal jadi kamus ini tulisan kalo semua aku paparin disini ya, intinya dari postingan ini : seberapa jauh kamu pergi, sebanyak apapun waktu yang kamu habiskan untuk teman atau mungkin kekasihmu, ayah tetap jadi orang pertama. Pertama yang akan memelukmu saat kamu menangis kesakitan menahan sakitnya jahitan di kakimu, atau orang pertama yang akan kamu hubungi saat kaca matamu pecah. Always be my number one man. *peluk*

my SUPER HERO :)

Jadi Orang Dewasa, itu ....

saat di taman kanak-kanak : "ma suapin.."
ketika duduk di bangku sekolah dasar : "iya ma sekarang makan,"
mulai remaja, masuk sekolah menengah pertama : "ntar ma.. bentar lagi makan,"
ababil mulai muncul saat menggunakan seragam putih abu-abu : "udah makan sama tmn2 ma, ntar dah makan lagi,"
dan, sekarang. sekarang. sekarang. ya sekarang : "finaaaaa.. gitaaaaa... makan dulu, nasi gorengnya udah mateng.."

ini pelaku yang merepotkan saya hari ini. namanya FINA.
ngerti bedanya dimana? yang gak ngerti mungkin gak pernah mengalami fase ulat menjadi kupu-kupu. ulang lahir sana :p hahaha. itu beberapa cuplikan yang aku renungi malam ini. sebenarnya ini efek mengurusi fina * adik gue*yang lagi sibuk nyari sekolah. entah yang mau sekolah siapa yang sibuk siapa. hmm.. oke itu keluhan awal. tapi semua terasa lelah untuk semakin dikeluhkan dan lebih baik berkaca pada kaca spion eh berkaca pada masa lalu. bukan masa lalu yang pacaran sama berabad-abad terus putus juga *eh keceplosan*, tapi masa lalu yang telah dilalui sampe segede ini sekarang. selain harus bertanggung jawab sama diri sendiri, aku yang saat ini juga mulai ngerasa kalo lingkungan mulai menyeretku untuk bertanggung jawab sama mahluk-mahluk disekitarku. terutama kali ini keluarga. yes. ini dia fokusnya!

ini foto narsis beberapa tahun lalu.
keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anak putri. sebagai anak putri tertua, kali ini aku baru menyadari ternyata menjadi seorang kakak benar-benar harus menjadi panutan buat adik-adiknya. entah aku sudah melakukannya atau belum, yang jelas belakangan ini fina *adik gue* mulai lebih sering mendengarkan omongan gue ketimbang omongan enyak dan babe. ciatt, efeknya orangtua mempercayakan segalanya kepadaku. ini bukan kerjaan mudah lho ya. coba dibayangkan : sampai rumah dari bukit jam setengah 12 siang, nyari sponsor, ke forum, langsung jemput ibu, tepar, ngurus daftar sekolah, ngurus makan anjing, nganter foto copy, scan piagam, cetak foto, beliin ibu obat, masakin fina & gita, mandi, dan finally di depan laptop. mungkin ini belum seberapa dibanding pekerja keras lainnya yang sedang baca ini, tapi percayalah.. menjadi orang dewasa itu sangatlah melelahkan.

tiba-tiba keinget omongan mama yang ini : "sadar, sadar jadi anak yaa.. segede itu gara-gara siapa, segede itu berapa orang yang udah ngajarin jadi orang bener. jangan sampe rugi dikasi susu dari kecil sampe setinggi itu sekarang," #sumpah. ini omongan mempan sampai sekarang lho.

dan omongan iklan yang ini : "jadi orang dewasa itu menyenangkan, tapi susah dijalani,". sial. gue ngakak. dan keesokan harinya berharap gak liat iklan itu lagi disaat capek datang mendera -_-

lalalala.. sudaahlah yaa.. semua dijalanin aja. nanti juga si fina bakal jadi kayak gue. yaiyalah. dan dia yg berikutnya bertanggung jawab sama adik gue *gita* yang paling imut-imut. hukum alam sudah begini ya sodara-sodara sekalian.

hmmmm.. jadi kesimpulannya, dari tulisan yang ngalur ngidul ini adalah :
1. ketika seseorang berkata "dewasa dong," atau "gak usah kayak anak kecil gitu kenapa, dewasa dong" percayalah mereka itu belum menghadapi indahnya fase telur menjadi kupu-kupu seperti gue. (haha) ada saatnya hidup memang menginginkanmu untuk menjadi sosok yang lebih bertanggung jawab.
2. jadi orang dewasa itu menyenangkan, tapi susah dijalanin. bukan ngiklan lho ya, tapi ini emang bener. saat dewasa kamu bisa mengatur manisnya hidupmu sendiri, dan akibat aturan-aturan manis itu akibat terlalu manis bisa jadi diabetes pula. hahaha. itu dia susahnya. jadi diatur kadar manisnya biar pas kayak yang baca tulisan ngalur ngidul ini. *yang baca pasti lagi nyengir kuda*

walaupun merepotkan, tetap akur pada akhirnya :* (foto jaman gak enak)



 


 
Download this Blogger Template From Coolbthemes.com