Pages

Jurnalistik itu (harusnya) Menjanjikan

"Banyak orang mengatakan kerja atau menekuni bidang jurnalistik itu tidak menjanjikan. Apa yang menjadi motivasi Bapak hingga saat ini masih setia dengan jurnalistik,?" tanya salah seorang peserta Akademika National Talkshow dengan tema Ini Kisahku, Jurnalis Indonesia (16/09) di Ruang Teater Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Tersenyum. Itu yang tampak dari kedua pembicara talkshow yaitu Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda (Putu Setia) dan Andreas Harsono ketika ditimpali pertanyaan seperti itu. Peserta talkshow lainnya pun tampak antusias menanti jawaban apa yang akan terpapar dari kedua wartawan senior ini.

Menggeluti dunia jurnalistik memang hal yang menyenangkan. Ibaratnya melalui media jurnalistik kamu bisa menguasai isi dunia. Bisa dikuasai untuk kepentingan masyarakat luas dan tidak menutup kemungkinan dikuasai oleh oknum-oknum tertentu guna memenuhi hasrat pribadi mereka. Hal ini pula yang menjadikan susahnya menjadi jurnalis yang independent. "Jarang sekali ada wartawan yang bebas merdeka meliput berita di papua nugini, peristiwa berbau konflik atas nama agama, dan peristiwa sengketa tanah," ungkap Andreas Harsono.Tak jarang wartawan mendapatkan teror dan kecaman keras dari pihak-pihak yang tidak terima dibongkar aibnya oleh seorang pengungkap kebenaran ini. Bahkan, berita kekerasaan fisik hingga kematian yang diterima oleh seorang wartawan kerap kali menghiasi wajah media televisi.

Tak heran jika pada talkshow ini, peserta menanyakan hal menarik di atas. Hal menarik yang menjadi motivasi wartawan senior ini tetap bertahan di dunia kejam jurnalistik. "Bidang Jurnalistik atau pekerjaan menjadi wartawan sangat baik jika kita berada pada pihak media yang memiliki sistem kerja yang menjanjikan," tutur Mpu Jaya Prema. Menurut pandita yang sesekali melemparkan lawakan ini, banyak media yang hingga saat ini mampu mengolah hasil liputan atau riset mereka tanpa perlu dibuatkan berita yang mengolok-olok masyarakatnya sendiri. Tak hanya itu, "Saat ini jadilah wartawan atau reporter yang handal karena menguasai media atau multi media," imbuh Andreas.

Ini dia point jawaban yang sesungguhnya harus mulai dicermati mulai detik ini oleh para penggiat pers atau jurnalistik, menjadi seorang jurnalis pada masa sekarang  sudah menjadi kewajiban untuk dapat menguasai teknologi yang ada. "Memiliki twitter, mampu menggunakan slide, memiliki blog, mengupdate info peristiwa melalui media sosial, dan masih banyak lagi," tutur Andreas Harsono. Jangan hanya menulis saja, tapi gunakan sebanyak-banyaknya media yang ada untuk berbagi informasi. Karena pers harus dapat meminimalisir disinformasi ditengah tsunami informasi seperti saat ini.

Bikini Bottom Ceria

" Who lives in a pinapple under the sea? Spongebob Squarepants! "


Ini bikini bottom versi kami. Penuh suka ria dalam mengais kerang, menata kerang, hingga menghancurkan kerang. *eh

Rekan sejawat sedang mengais kerang :p

Sepintas memang terlihat sederhana. Biasa saja. Tapi ini berhasil mengukir senyuman diantara kami. Sama seperti keluarga bikini bottom lainnya, yang selalu ramai, akur, dan indah.

Bikini bottom dengan beraneka kerang
Ditengah penatnya masalah orang dewasa, mengajak seseorang tertawa dengan hal-hal konyol seperti ini setidaknya sejenak bisa mengalihkan bebannya. Yup, sekali lagi aku berhasil membuktikan bahwa bahagia itu sederhana. 

KAMIS KE – 300


Kisah singkat Perjuangan Keadilan dalam Bingkai Sinema

Judul Film                    : Kamis ke-300
Ide Cerita                    : Happy Salma
Penulis Naskah            : Putu Wijaya
Sutradara                     : Happy Salma
Produksi                      : Titi Mangsa Foundation 2013
Pemain                        
: Amoroso Katamsi,Aji Santosa,Sita Nursanti,Nugie Durasi                          : 13 menit

“Aparicion con Vida, Aparicion con Vida, lepaskan mereka hidup-hidup..” seruan kakek dengan bahasa Argentina kepada cucunya diawal cuplikan film pendek ini.

            Film ini mengisahkan tentang seorang ibu dan keluarganya yang menuntut dikembalikannya keluarga mereka yang hilang begitu saja kepada pemerintah. Setiap kamis, di depan istana negara sekelompok orang berdiri dengan baju hitam-hitam dan paying hitam yang bertuliskan kasus-kasus pelanggaran HAM yang hingga detik ini belum tuntus di negeri ini.
            Melalui sepenggal kisah tersebutlah, perpaudaan antara kisah fiksi dan film dokumenter melahirkan film pendek ini. sebuah keluarga yang kehilangan salah satu anggota keluarganya. Hilang dalam sebuah sebuah peristiwa dan tetap selalu dinanti kedatangannya. Sang kakek yang diperankan oleh Amoroso Katamsi merupakan sosok utama dalam film ini yang ditangah ketidakmampuan fisiknya, tetap bersemangat dan pantang menyerah menanti serta menuntut kedatangan anaknya kembali. Melalui cucunya, Markus yang diperankan oleh Aji Santoso, kakek menaruh harapan-harapannya. Setting utama film ini adalah di rumah kakek, dengan semua elemen visual yang mencerminkan kehidupan sehari-hai kakek dan keluarganya.
            Kisah ini dikemas apik dengan pemilihan sinematografi warna hitam-putih yang membuat film ini menyatu dengan beberapa cuplikan film documenter yang memang sengaja disisipkan dibeberapa adegan dengan menggunakan teknik editing kuleshov (menggabungkan satu dengan gambar lain dengan tujuan menghasilkan pemahaman serta dampak emosi tertentu). Seperti saat kakek yang terlihat resah digabungkan dengan shot film dokumenter ketika anaknya disergap oleh tentara militer. Tentunya teknik ini dapat membuat emosi penonton ikut terpancing dalam menyaksikan film yang disutradarai kedua kalinya oleh Happy Salama setelah film pertamanya Rectoverso.
            Masih banyak adegan perngharapan, perjuangan, dan semangat yang tak henti jua ditampilkan dalam film ini. Semakin terasa komplit dengan bumbu-bumbu penayangan kasus sadis pelanggaran HAM di negeri yang terkenal dengan budaya ramah tamahnya ini. Menarik memang namun, dibalik itu semua durasi film yang terlalu cepat berakhir dengan adegan akhir yang menggantung menjadikan penonton bertanya-tanya bagaimana kisah selanjutnya. Tapi, hal tersebut tertutupi dengan keinginan film ini yang sangat terlihat ingin memanggil jutaan hati penontonnya agar terus tergerak memperjuangkan bersama keadilan sosial yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia. Aparicion con Vida ! (cah)






 
Download this Blogger Template From Coolbthemes.com