Pages

Sekelumit Cinta dalam Tumpukan Jurnal

"Terkadang dalam setumpuk lembar jurnal, ada cerita cinta yang terselip tanpa sengaja..."

Sudah lama rasanya tidak bermain dengan ini. Sudah lama rasanya tidak mendandani hal-hal tentang ini. Lama sekali, hingga rasanya begitu lucu melihat dia berpeluh dingin tak karuan di tengah gersangnya Bukit Jimbaran. Ah masih saja, sekalinya sudah kena serangan ini ya pasti gejalanya seperti ini. Ayo tebak apa? Itu lho. Cinta. Apa itu? Entahlah. Itu yang gak ada definisi pastinya apa. Coba deh dicari pendekatan ilmiahnya lewat jurnal gimana cara mengobati seseorang kalau sudah terserang itu. Kalau ketemu boleh deh aku minta jurnalnya *eh.

Kali ini sepanggal kisah unik temanku yang pertama kali jatuh cinta di usia yang sudah tak lagi muda. Hahaha. Dia sedang dekat dengan kakak kelasku di kampus. Sering bersosmed ria tapi tak ada tenaga untuk saling bertegur sapa ketika berjumpa. Dia malu dan si kakak mungkin ragu. Ini sudah berlangsung cukup lama, beberapa kali janji terucap untuk berjumpa. Tapi sayang, janji manis di bibir hanya sekejap. Hingga detik aku menulis ini mereka juga tak saling bergurau berdua dalam dunia nyata. Ih, rasanya sungguh menyebalkan. Melihat mereka berdua yang bertingkah seperti anak baru gede yang baru merasakan indahnya pdkt padahal umur sudah kepala dua :p

Oh cinta, kamu memang menyebalkan. Tapi siapa sangka hingga dalam lelap ku terjaga, masih saja kau hadirkan dia yang dalam dunia nyata begitu sulit ku temui. Dia yang membuat hidupku tak sekedar berwarna hitam dan putih. Sekarang ada celah untuk warna biru, hijau, merah, dan ungu ikut bermain bersama. Dia yang membuatku begitu peka akan dering handphone, sedikit aja bunyinya sudah terdengar, segala sugesti pasti tertuju padanya.


Hai temanku yang sedang jatuh cinta. Tak perlu khawatirkan tugas dan jurnalmu itu. Atau jiwa ragamu yang pemalu itu. Sepenggal kisah ini tidak akan menyita banyak waktumu. Malah sepertinya membuatmu lebih ringan menjalani hari kan? Cobalah sedikit bermain, tidak hanya dengan setumpuk kertas-kertas itu. Tapi bermain dengan cinta, yang hingga akhir tak ragu mendatangkan sebuah tawa. Bermain bukan untuk memainkan cinta, tapi bermain untuk menanta cinta yang sempurna di kehidupan nyara. 

Malam ini aku belajar dari kalian,
Jurnal memang menjanjikan masa depan yang cerah,
tapi aku tak boleh lupa ini
tujuan utama manusia mencapai kedamaian jiwa raga 
dan itu datangnya dari Cinta.






0 komentar:

Posting Komentar

 
Download this Blogger Template From Coolbthemes.com