Pages

Terlalu Manis untuk Di-Buang

Selamat Pagi Sabtu pertama di Bulan Maret ^^


Melihat entri tulisan sebelumnya, sedih rasanya tidak ada satupun tulisan di bulan kasih sayang kemarin. Saking terbuainya sampai dilewatkan ya. Sungguh, menyedihkan *drama* T-T

Pagi ini, diawali dengan membersihkan rumah yang hingga tak terlalu bersih *masih ngantuk* dan niatnya sih buat jurnal awal praktikum, udah antusias buka sekian word jurnal kakak kelas sebelumnya buat dibaca, namun sungguh menyedihkan (kedua) terpaku sana sini baca blog yang lainnya. Oke, nanti deh buatnya *penundaan di pagi hari*

Mungkin telat jika menyapa bulan ini sekarang, bahkan terlalu basi mungkin buat orang lain mengingat kejadian sebulan kemarin. Tapi sayang, Februari 2015 terlalu manis untuk dibuang. Tahu kenapa ?

Pertama,
Aku tidak begitu menunggu bulan ini, tapi katanya sih bulan ini sungguh special. Terutama mungkin untuk pedagang bunga dan cokelat. Hm.. ini pertama kalinya aku mengungkapkan siapa pemilik nomer 15 yang selama ini setia disampingku. Entahlah, awalnya ku pikir ini akan menjadi sangat kontroversi bagi banyak pihak, Next, abaikan dan jalani saja ._.

Kedua,
Aku kehilangan yang seharusnya pertama. Ini membuat linglung bahkan hingga detik ini. Aku belum menemukan solusinya, Yang ku tahu, ini membuatku sulit berkata.

Ketiga,
Selasa akhir bulan Februari 2015 kemarin, Mama meneleponku. Biasanya kalau telpon dari orang tua pada jam kuliah, pasti ada yang gawat. Ini sudah mutlak sering terjadi. Saat itu, aku dan temanku Dwi serta Coktik sedang makan siang kesorean di Kantin AF. Telepon ku angkat, dan benar! Suara Mama berbeda. Katanya aku harus segera pulang, Kakek ku sudah tidak ada. Deng! Aku terhenti menguyah, dan segera balik ke kos bersama Dwi untuk segera mengambil jacket dan motor. Pikiranku saat itu, aku harus segera tiba di Denpasar entah bagaimanapun caranya. Bagaimanapun caranya ini sungguh berbahaya, berapa banyak hal buruk terjadi di jalan. Sebainya tidak ku ceritakan. Setibanya di rumah, aku bersiap untuk pulang ke kampung di Tabanan. Singkatnya sudah di kampung, dan memang benar. Aku yang dari kantin hingga perjalanan ke kampung masih belum percaya, kini benar-benar lemas berdiri menatap kakek ku yang tertidur untuk selamanya. Hei, aku memang pernah menangis ketika harus berpisah dengan orang yang ku sayangi, tapi kali ini sungguh berbeda. Ini kali pertamaku, berpisah untuk selamanya dengan orang yang begitu menyayangiku. Tidak ada lagi yang memarahiku ketika berlama-lama memegang piring di dapur, katanya "mau disuapin makan, biar cepet selesai makan?" kalau ingat-ingat ini, rasanya ingin berlama-lama makan lagi. Biar dimarahin lagi.


Aku dan Bulan Kasih Sayang kemarin,
Aku sepertinya masih belum bisa bangkit dari bulan sebelumnya. Terlalu banyak yang mengganjal di hati dan pikiran.
Sekrodit apapun suasana kuliah bulan ini, tetap saja rasanya masih berbeda.
Ada yang kurang, ada yang hilang.
Hingga lebih banyak diam, lebih sulit berkata, lebih sulit berpikir secepat hari-hari sebelumnya.
Mungkin, ini adalah bangun dari mimpi buruk bulan indah kemarin yang akan paling sulit dari apapun. Bahkan ketika aku berharap semuanya berjalan baik-baik saja, kakek ke menyapa lagi untuk kedua kalinya di mimpi ku pagi ini ^^

Hm.. (segera) Berdamailah kau hati dan pikiran.
Tuntun cucumu dari sana ya Pekak :)

Foto pertama dan terakhir - Bersama yang tersayang ^^

0 komentar:

Posting Komentar

 
Download this Blogger Template From Coolbthemes.com