Sabtu,
28 maret 2015
Beberapa
jam sebelum pesawat terbang membawamu ke Jepang.
………………………………………………….
Untuk kamu,
Aku
tidak pernah membayangkan bagaimana kita bisa mengakhiri hubungan ini. Hubungan
ang memang tak ada awal dan ujungnya. Kita sama-sama sadar tak bisa bersama, selama
ini kita hanya bisa berdampingan tanpa bersama dan saling membahagiakan. Kamu
dengan segala tingkah polamu, satu-satunya lelaki dengan pikiran dewasa dan
sikap manja ketika bersamaku yang selalu ku doakan di setiap perjalananmu.
Hingga hari ini tiba, hari yang sungguh mengejutkan untuk kita. Maafkan soal
insiden mala mini, semoga caci maki ayahku tidak membuat kamu dan keluargamu
kecewa.
Esok
keberangkatanmu ke Jepang, aku tak tahu bagaimana jadinya nanti setelah semua
bekerja sambil belajarmu disana selesai. Membayangkanmu berangkat saja rasanya
sudah rumit, apalagi memikirkan beberapa tahun ke depan. Jadi, apa ini saat yang
tepat untuk berpisah?
Hai,
kamu yang selalu mengerti aku. Terima kasih, tanpamu mungkin aku tak bisa
setegar ini. Kamu yang banyak membawaku mengerti hidup. Nasi bungkus yang kamu
berikan saat aku ngambek dulu, sementara kamu menahan lapar karena duitmu pas-pasan dulu saat SMA. Ingat itu? Mulai sejak itu
aku paham, membahagiakan yang disayang itu butuh pengorbanan.
Termasuk,
perpisahan kali ini.
Pengorbanan untuk ikhlas dan berbenah diri. Selamat
mengejar cita-cita, suatu saat jika masih bisa berjumpa semoga kita
dipertemukan dalam doa yang sama.
Jika masih bisa menengok aku, aku pastikan kamu melihatku berada di apotek sebagai apoteker cantik dengan bahasa inggris yang jago sepertimu, dan foto dengan latar Paris itu.. Tunggu, aku pasti bisa mewujudkan itu!
……………………………………………………………….
Untuk
kalian yang tersayang,
Maaf
aku merepotkan semua orang, maaf aku selalu mengeluh hal yang sama, aaf aku
belum bisa murni move on hingga detik ini, maaf aku hanya menjadi beban untuk
semuanya. Kalian yang melihat ini mungkin mengira aku sangat jahat dengan
kekasihku, sangat jahat dengan kedua orang tuaku, atau begitu dramanya hidupku.
Hai, perkenalkan. Aku gadis yang harus bisa melepas orang yang ku cintai dan
sangat menyanyangiku, aku harus bisa melihat dia bahagia bersama gadis lainnya
yang bisa di ajak pergi ke Gereja bersama setiap minggunya, aku yang sejak awal
harus sadar kalau orang yang ku sayang ini bukan segalanya, katanya masih
banyak yang sayang aku. Aku mencoba tumbuh dengan orang yang sayang padaku, aku
mencoba bangkit dengan segera, tapi tolong jangan desak aku terus menerus untuk
hanya mendengarkan kalian. Aku juga butuh waktu untuk berlari kencang melupakan
masa lalu dan aku butuh kalian yang bisa menerima masa laluku. Beriringan
dengan aku yang sangat enggan mengubur masa lalu bukan hal mudah, jangan kira
aku tidak berusaha. Kalau kalian masih memaksa, mungkin kalian belum pernah
jatuh cinta. Ditambah deh, terlanjur jatuh cinta dengan kekasih beda agama.
Aku tahu hidup selalu memaksa untuk
menerima, sepahit apapun hidup, aku harus tetap bahagia, karena sekantong
kenangan masih ada, untuk sesekali dikenang hingga manisnya tak terasa.
2 komentar:
"aku tahu hidup selalu memaksa untuk menerima, sepahit apapun hidup, aku harus tetap bahagia, karena sekantong kenangan masih ada, untuk sesekali dikenang hingga manisnya tak terasa"
entah dari mana km mendapatkannya,
atau bagaimana hadirnya dalam pikiranmu,
ini kutipan yang menawan
untuk hidup yang tidak selalu indah :)
Selalulah ingat, kamu tidak sendirian seperti itu.
Marcell aja kyk gtu, dlm lagu "Peri Cinta"
Wkwkwk
Posting Komentar