Pages

Waktu

Waktu jalan begitu cepat, tak ku sangka kita saling menyapa di bulan yang sama. Sepertinya waktu menyimpan sebuah misteri, hingga dua anak manusia bisa tertawa kembali seperti awal mereka saling bertegur sapa di bulan yang sama. Kata orang tidak ada yang kebetulan, jadi kali ini aku percaya kalau ada yang disembunyikan oleh sang waktu.

Waktu itu kamu terjatuh, terluka, dan duduk di sebelahku. Butuh waktu sekian menit untuk bisa menerjemahkan sinyal dari mata-otak-hati kalau sepertinya ada rasa yang berbeda. Gayung bersambut! Bukan cuma aku, tapi ternyata kamu juga merasakan sinyal yang sama. Waktu begitu cepat kita habiskan dengan saling bercerita, saling mengenal hingga kita merasa saling membutuhkan.

Waktu itu kamu menolong aku yang tergerus ombak, terluka oleh karang, dan menuntunku pulang. Sebuah kenangan kamu ciptakan bersama waktu pendekatan kita. Waktu dimana pertama kali aku tahu kalau kamu yang akan selalu ada bersamaku menghabiskan sisa waktu.

Waktu bisa saja memisahkan kita kapan saja, beberapa kali kita terlempar batu kecil. Jika tidak aku, ya kamu yang terluka oleh batu. Hingga waktu membuat kita bear-benar harus terpisah. Sejenak atau selamanya tidak ada yang tahu, hingga waktu memberikan hadiahnya kembali.

Waktu menuntun mu kembali pada hati yang kamu inginkan sesungguhnya. Seberapa jauh kita saling berusaha tak menatap, seberapa kuat kita saling mengabaikan, angin pun tetap mampu menggoda senyum dari kita ketika hati kita masih saling menginginkan. 

Waktu bisa membuat kita dengan mudah lupa kalau kemarin kita berjumpa dengan sosok lain yang sejenak terlihat sempurna dari pasangan kita, hingga akhirnya kita sadar kalau waktu sedang menguji isi hati kita.

Waktu merubah perasaan naksir menjadi sayang begitu cepat, dan harus kita ingat waktu juga bisa mengubah rasa sayang menjadi biasa saja dengan kecepatan yang sama. Waktu mengajarkan ku untuk memelihara perasaan kita jika tak ingin terpisah untuk kedua kalinya.

Waktu pertama kamu bisa menantapku kamu mengungkapkan isi hatimu dengan malu-malu, kini waktu membuatmu tak ragu memegang tanganku bahkan sebuah kecupan kecil di keningku membuatku percaya kalau kamu ada untuk menyayangiku.

Waktu terus berputar mengikuti menit demi menit dan kamu masih tetap menantapku dengan tatapan itu. Tatapan yang membuatku pertama kali ingin tahu siapa sih kamu ? Hingga kamu dan waktu berhasil mencuri seluruh perhatianku.

Waktu tahu kalau aku dan kamu bisa bersama, hanya saja waktu ingin tahu sanggupkah kita bersama ketika jalanan tidak semulus yang terbayangkan.

Waktu mencoba mengusik kebahagian kita, waktu datang dengan sosok masa laluku dan waktu datang bersama sosok baru untukmu. 

Waktu benar-benar menguji kita. Aku yang merasa tak percaya akan sanggup menghabiskan waktu denganmu, dan kamu yang tak sanggup menahanku membuat waktu menang untuk memisahkan kita


Waktu pun tiba. Dimana kita tak bisa dipermainkan olehnya. Atau benar kita yang tak bisa menghargainya ?


Waktu membuatku atau mungkin kita tersadar.Kalau sebenarnya, waktu punya kisah untuk kita. Waktu sudah memberi kesempatan untuk kita saling bercerita. Waktu sudah memaafkan aku dan kamu yang sudah mengabaikannya. 

Kini saatnya, aku, kamu, dan waktu berjalan bersama. Tak perduli ini waktu yang tepat atau tidak, karena aku percaya ini waktu yang dinanti oleh hati yang rindu akan bersama.

Terima kasih waktu :)






Satu Masa


"Aku pun sadari ini hanyalah sebuah kisah semu yang sesaat. Meski yang kurasa begitu dalam, hasrat terbawa ohh…"
-Satu Masa, Maliq & D'essentials-


Aku menangkap sosok berbeda dari kamu yang tiba-tiba seringkali mulai berjanji, tapi tak ada kabarnya ketika aku menanti. Ini bukan kamu, bahkan sesibuk apapun kamu. Selalu saja kau menepati janji, tapi malam itu tidak. Hingga aku tiba di rumah dengan ransel baruku, handphoneku masih saja tidak bercahaya. Kabarmu lenyap.


Aku bisa melihat itu raut bahagia. Ketika kau bertemu denganku, Tidak biasa kau asyik dengan gadgetmu, tersenyum simpul. Kau pikir mungkin aku tak melihatnya. Atau memang sengaja kau pamerkan? Aku hanya mereka-reka, terdiam, dan melihat senyum itu lagi yang tak hanya sekali.



Kalian bertegur sapa di sosial media, muncul di timelineku.. Entahlah, dia mungkin orang berikutnya yang setelah sekian lama tak ada yang menggoda kamu di sosial media setelah aku. Aku memilih menutup akun ku daripada aku harus terkena serangan jantung di usia muda. Cukup melihat, cukup tahu.

Dan malam itu ketika kau begitu lemah, datang menghampiriku. Aku memilih diam dan menurunkan suhu tubuhmu dengan kain hangat yang ku tempelkan berulang kali di leher dan perutmu. Aku termenung, melihat kau mengigau sekian kali dan menarik tanganku. Aku menangis, entah karena melihat kau terbaring begitu lemah atau karena aku tahu kenyataaan sebenarnya dari handphonemu yang tergeletak di sebelahmu. Firasat memang bukan hanya harus dipercaya, tapi dibuktikan. Walaupun kenyataannya pahit, setidaknya kamu tidak harus berlama-lama dengan asumsimu. Sama sepertimu yang begitu lemah hadir kepadaku, entah karena penyakit yang sebanarnya atau sakit patah hati yang pertama kali setelah sekian lama ?

Karena kenyataan tidak selalu menyenangkan, bahkan saat hatimu sakit kamu tetap harus menghibur yang sedang melawan sakitnya. Bahkan kini aku mulai bertanya, jika ada satu masa untuk kita kembali mengulang, masihkah getar itu sama ?

Cepat sembuh, hati dan raga ya *senyum*

Sekelumit Cinta dalam Tumpukan Jurnal

"Terkadang dalam setumpuk lembar jurnal, ada cerita cinta yang terselip tanpa sengaja..."

Sudah lama rasanya tidak bermain dengan ini. Sudah lama rasanya tidak mendandani hal-hal tentang ini. Lama sekali, hingga rasanya begitu lucu melihat dia berpeluh dingin tak karuan di tengah gersangnya Bukit Jimbaran. Ah masih saja, sekalinya sudah kena serangan ini ya pasti gejalanya seperti ini. Ayo tebak apa? Itu lho. Cinta. Apa itu? Entahlah. Itu yang gak ada definisi pastinya apa. Coba deh dicari pendekatan ilmiahnya lewat jurnal gimana cara mengobati seseorang kalau sudah terserang itu. Kalau ketemu boleh deh aku minta jurnalnya *eh.

Kali ini sepanggal kisah unik temanku yang pertama kali jatuh cinta di usia yang sudah tak lagi muda. Hahaha. Dia sedang dekat dengan kakak kelasku di kampus. Sering bersosmed ria tapi tak ada tenaga untuk saling bertegur sapa ketika berjumpa. Dia malu dan si kakak mungkin ragu. Ini sudah berlangsung cukup lama, beberapa kali janji terucap untuk berjumpa. Tapi sayang, janji manis di bibir hanya sekejap. Hingga detik aku menulis ini mereka juga tak saling bergurau berdua dalam dunia nyata. Ih, rasanya sungguh menyebalkan. Melihat mereka berdua yang bertingkah seperti anak baru gede yang baru merasakan indahnya pdkt padahal umur sudah kepala dua :p

Oh cinta, kamu memang menyebalkan. Tapi siapa sangka hingga dalam lelap ku terjaga, masih saja kau hadirkan dia yang dalam dunia nyata begitu sulit ku temui. Dia yang membuat hidupku tak sekedar berwarna hitam dan putih. Sekarang ada celah untuk warna biru, hijau, merah, dan ungu ikut bermain bersama. Dia yang membuatku begitu peka akan dering handphone, sedikit aja bunyinya sudah terdengar, segala sugesti pasti tertuju padanya.


Hai temanku yang sedang jatuh cinta. Tak perlu khawatirkan tugas dan jurnalmu itu. Atau jiwa ragamu yang pemalu itu. Sepenggal kisah ini tidak akan menyita banyak waktumu. Malah sepertinya membuatmu lebih ringan menjalani hari kan? Cobalah sedikit bermain, tidak hanya dengan setumpuk kertas-kertas itu. Tapi bermain dengan cinta, yang hingga akhir tak ragu mendatangkan sebuah tawa. Bermain bukan untuk memainkan cinta, tapi bermain untuk menanta cinta yang sempurna di kehidupan nyara. 

Malam ini aku belajar dari kalian,
Jurnal memang menjanjikan masa depan yang cerah,
tapi aku tak boleh lupa ini
tujuan utama manusia mencapai kedamaian jiwa raga 
dan itu datangnya dari Cinta.






Belajar dari Owner Kedai Kopi

Malam ini, 06 Agustus 2014 pukul 21.00 saya janjian bertemu dengan seorang owner kedai kopi yaitu M*C* di Jalan Hayam Wuruk Denpasar. 

Saya menulis identitas lengkap pertemuan saya diatas karena saya tidak akan melupakan pertemuan saya malam ini. Walaupun harus ada bagian yang disensor, demi kebaikan bersama. Jadi ceritanya saya hadir ontime di kedai kopi ini, saya hadir bersama anggota saya (namanya Ana). Kebetulan saya orang beruntung yang memegang tanggung jawab menjadi Koordinator Penggalian Dana dalam kegiatan Hut kampus saya yang puncaknya akan diselenggarakan bulan Oktober nanti. Terkait dengan tanggung jawab itu, jelas kan apa tugas saya ? Iya, mencari dana sebanyak-banyaknya demi suksesnya acara. Dana yang diperoleh dari hubungan kerja sama (sponsorship) bukan sekedar donasi. Oke lanjut, sesuai dengan bayangan saya. Kedai kopi ini memang tidak pernah sepi, jadi saya bersyukur telah mengajak seseorang untuk menemani saya dalam situasi seramai ini menanti datangnya owner yang baru hadir 30 menit kemudian.

Singkatnya perasaan saya memang tidak enak dengan owner ini sejak awal menghubunginya untuk menanyakan kelanjutan proposal yang saya ajukan. Saat itu yang terdengar hanya suara yang tanpa ekspresi, sungguh flat mengatakan bahwa belum membaca proposal saya. Minggu berikutnya (sore tadi) saya menghubunginya kembali, dan jawabannya langsung "nanti ketemu di M*C* jam 9 malem ya," Oke fix, saya langsung mempelajari seluruh konsep acara dan harus siap untuk presentasi dihadapannya. Hanya itu yang ada dipikiran saya setelah mengakhiri pembicaraan via telepon dengannya.

Dan... tibalah saat itu..


Presentasi saya selesai, dan wajah itu berubah. "Lomba yang tentang F* (baca: kampus saya) kok gak ada dalam Hut kampusnya ?" Duarrrr.. petir menyambar saya. Ini pointnya malam ini.

Saya bertemu dengan orang cerdas malam ini. Dia bukan pemilik sembarang kedai kopi, saya berani bertaruh jika ada 10 orang saja yang memiliki otak dan pendirian yang sama sepertinya tidak akan ada lagi orang miskin di Bali. Orang ini benar-benar menampar psikis saya malam ini, dengan membuat saya diam tanpa kata dengan nada bicaranya yang sangat tegas membuka pandangan saya yang biasa. Bisa dibilang sangat mainstream. Mungkin bisa saya bocorkan sedikit apa yang dia katakan :


"Seharusnya kalian membuat suatu acara yang berkaitan dengan profesi kalian ke depannya, jangan hanya sekedar having fun dengan acara ala anak-anak banjar merayakan 17 Agustusan. Capek-capek buat acara, cari sponsor banyak-banyak, tapi hanya sekedar untuk hura-hura. Apalagi kalian sekarang mahasiswa yang pikirannya bukan lagi sama dengan anak SMA. Kalian bangga tidak kalau bisa membuat lomba desaian obat herbal, pemenangnya bisa membuat obat sebelum lepas menjadi seorang yang kesehariannya memang akan kerja di apotek nantinya, harusnya kalian malah ikut berpikir bagaiamana konsumen yang minum obat selama bertahun-tahun bisa nyaman dengan obatnya," ujar seorang owner kedai kopi yang namanya dilengkapi dengan gelar S.Ked.

Saya terpaku. Dan rasanya ingin lari kembali pada rapat dan mengubah konsep acara. Entah bagaimana dari sekian banyak peserta rapat (sebelumnya) tidak ada yang bisa mengguncang rapat dengan ide baru seperti ini. Termasuk saya. Jangan kira saya hanya diam setelah mendapatkan omongan ini, saya langsung membagi kekecewaan saya ini dengan Ketua dan Koordinator Acara kegiatan saya ini. Tapi ? Nothing.

Entah ini "nasi sudah jadi bubur" atau semacam "yang penting kerjaan selesai, yaudah". Kegalauan maksimal saya malam ini adalah, bagaimana kamu bisa puas dengan kegiatan yang "super biasa" dan kamu ulang tiap tahunnya padahal kamu punya kesempatan untuk bisa merubah itu. Kamu, dengan segala kemahasiswaanmu, seharusnya mulai berpikir bahwa puasnya kamu sebagai orang ketika kamu berhasil menciptakan sesuatu yang baru, yang berbeda, karena dari sinilah awalmu mengenal hidup. Hidup yang keras dan selalu butuh akal yang berkembang untuk bisa terus hidup. Jadi bisa di bilang, malam ini saya mati konyol karena gagal menyakinkan teman saya untuk ikut merasa kecewa dengan ide "biasa" yang dirancang.

Tapi katanya, kalau kalian tidak bisa merubah sistem yang ada harusnya kalian berdua yang mulai merubah diri kalian. "Saya hanya ingin anak muda sekarang mandiri, dan membuka ide yang ada dalam kepalanya" katanya lagi sambil menunjuk buku menu dan seluruh isi kedai kopinya yang memang sangat unik dan dirancang sendiri oleh seorang dokter ini.

Semoga yang membaca tulisan ini juga berhenti terlalu "biasa" seperti saya, karena owner ini tidak hanya sekedar memberi bekal hidup tapi menghidupi kegiatan saya dengan memberi produk yang menguntungkan. Baik sekali bukan ? saya ditampar dan setelah itu diberi hadiah. Luar biasa. Saya sepertinya harus lebih sering ditampar dengan orang-orang seperti ini deh ^^


(sembarang dari google, tapi pas ya. Kopi dan Obat)
nb : kedai kopi ini tempatnya asik, dan harganya juga terjangkau. Bisa dibilang murah bahkan, ditambah dengan varian kopi yang beraneka ragam. Jangan ragu untuk mampir, yang ingin tahu bisa tanya secara personal dengan saya ya :)

Berakhir di Awal Kepala Dua

Sebentar lagi tanggal 30 Juli berakhir. Huh, entah ini penutup yang indah atau tetap harus disyukuri menjadi penutup yang indah. Saya memang menganggap 30 adalah tanggal terakhir dari bulan sakti yang satu ini. Tanggal ini merupakan tanggal penentu kelangsungan hidup saya. Khususnya di tahun ini. Mungkin terkesan cukup berlebihan, tapi ini serius lho.

Hm.. kuota paket habis, pulsa yang jatahnya satu bulan lenyap, salah kirim pulsa akibat (mendadak) gak inget nomer sendiri, gak bisa tidur, mata udah semakin sipit akibat air mata yang non stop dari sore. Please deh, kacau banget sih hidupmu (ngomong sama kaca). Jadi begini asal muasal bagaimana bisa sekacau ini, ya hari ini hari spesial (seharusnya) untuk seorang mantan pacar saya. Ehem.. serius mantan dan gak bakal pernah jadi pacar apalagi suami. Miris bung. Saya cukup antusias untuk merayakan hari ini, faktor utama bukan karena masih terlalu cinta atau apa, tapi karena kami sudah tidak punya cukup banyak waktu untuk bersenang-senang seperti saat SMA.

Saya dan dia sudah mulai beranjak dewasa dengan umur berkepala dua di bulan kelahiran kami yang sama. Mau tidak mau saya dan dia harus menerima segala tetek bengek beratnya masalah orang dewasa. Sebenarnya dari awal kami bersama (dulu) juga sudah menjadi suatu masalah. Ya kami berbeda keyakinan, berbeda dalam menyebut nama Tuhan. Itu menjadi masalah cukup besar bagi orang-orang dewasa disekitar kami, walaupun sebenarnya dia yang selalu menemani saya keliling sekolah (dulu) untuk sembahyang saat pulang sekolah, dia yang selalu mengingatkan saya untuk menundukan kepala sejenak sebelum makan, dan dia yang selalu mengajarkan saya untuk pasrah kepada Tuhan akan semua masalah yang saya hadapi. Ini bekal hidup, saya dapat dari mantan pacar saya. Bukan dari orang-orang dewasa yang selalu memicingkan mata ketika melihat kami (dulu) bersama. 

Kembali ke masalah orang dewasa, sudah sejak lama. Entah tepatnya kapan, saya lupa atau mungkin malas mengingat. Dia bercerita akan pergi meninggalkan saya untuk mengejar cita-citanya di luar negeri. Begitu antusiasnya dia bercerita, bahkan saya juga telah menemani dia bersama keluarganya menyiapkan segala keperluaannya untuk hidup di luar negeri. Awalnya Jepang sekitar satu tahun, dan tiba-tiba Irlandia sekitar enam bulan. Itu tempat yang (seharusnya) menjadi tujuannya. Satu hal yang membuat saya begitu sedih ketika dia berkata bahwa saya bukan prioritas utamanya lagi, jadi dia tidak ingin saya kecewa dengan membiarkan saya menantinya pulang tapi dia tidak bisa bersama dengan saya ketika saat itu tiba. Jangan berpikir dia jahat, dia baik. Bahkan teramat baik, hingga tidak ingin saya menanti dia  yang fokusnya hanya untuk sukses. Dia tidak ingin saya ikut rumit bahkan sengsara karena menunggu dia. Entah perasaan apa yang saya rasakan ketika pertama kali dia mengatakan itu kepada saya. Ibarat gunung, mungkin saya bisa langsung saja meledak. Semuanya porak-poranda.

Ini awal masalah dewasa terumit, bahkan sangat rumit setelah hubungan beda keyakinan kami. Sebelumnya kami memang sesekali tampak bersama. Jika kami tidak sama-sama sibuk mungkin kami bisa mengalahkan pasangan teromantis sekalipun. Menurutku ini kebiasaan. Kebiasaan yang membuat kami saling membutuhkan. Aku dan dia bisa punya berjuta cerita yang bisa kami tertawakan tiap kali berjumpa. Entah itu lucu atau tidak, ada perutnya yang beranjak buncit yang tetap bisa digoda. Dan akhirnya kami tertawa. Mungkin beberapa orang akan heran dengan hubungan jenis apa yang kami jalani. Aku dan dia pun tak tahu. Dia memang saat ini tidak ingin membuka hatinya untuk wanita lain karena itu bukan prioritas utamanya, walaupun tidak menutup kemungkinan jika ada gadis belia seperti JKT 48 yang jomblo dihadapannya akan disikat pula. Aku tidak mempermasalahkan ini. Tepatnya tidak beranci jamin akan cemburu atau tidak, tapi aku hanya mengizinkannya untuk bersama dengan wanita yang sama keyakinannya dengannya. Sedangkan aku, putus darinya sudah beberapa laki-laki yang wara-wiri di hati. Jangan kira dia tidak tahu, atau dia tidak peduli. Bagiku dia sangat peduli, bahkan ketika aku sedang frustasi dengan laki-laki yang nampak memberi harapan palsu padaku, pelarianku ya padanya. Hanya dia yang komplit tahu mengenai semua laki-laki yang dekat denganku. Kadang dia cemburu, kadang dia memarahiku, kadang dia menegakkan kepalaku supaya tidak membanding-bandingkan laki-laki lain dengannya.

Saat ini kami sama-sama sendiri, aku benar-benar berpikir bagaimana bisa menyenangkannya di detik-detik keberangkatannya. Aku belajar keras semester ini, walaupun tetap tidak bisa mengalahkan IPK sempurnanya. Aku berencana untuk magang di apotek liburan ini, tapi tidak terealisasi karena liburan yang cukup pendek. Aku juga berencana les bahasa inggris, supaya bisa menyainginya niatnya. Tapi, tidak tercapai. Eits, jangan kira aku berhenti. Aku juga diam-diam membeli buku untuk latihan TOEFL dan kamus kok, hanya saja sepertinya dia tidak akan tahu ini jika tidak membaca ini. Entah bagaimana aku ingin sekali terlihat lebih baik sebelum dia meninggalkanku. Dan hasilnya bulan Juli, bulan yang ku takutkan mendatangkan kebahagiaan.

Bahagia karena hasil semester ini cukup memuaskan untuk memperbaiki semester sebelumnya, aku punya teman-teman kos yang begitu hangat merayakan ulang tahunku, dan hari ini. Penutup Juli ini, kami bertemu. Aku berencana pergi bersamanya, entah kemana. Setelah berhari-hari kami tidak saling bicara, hanya perang stiker di Line yang berujung rasa bosan. Rencana hanya tinggal rencana. Aku mengantarkannya ke tempat les bahasa inggris terkemuka di Sesetan, tapi sayang masih libur lebaran. Jadi kami berputar balik pulang. Tibanya di rumah, yang aku dengar hanya adu argumentasi dia dan ayahnya. Masalah masa depan, ini bukan yang pertama. Seringkali kudengar tentang ini, tapi kali ini nampak lebih serius. Gerah rasanya hadir diantara mereka. Syukur, ada komang (adiknya) yang kujadikan pengalihanku. Aku bermain-main dengan spidol dan white board bersamanya, meskipun tetap kupingku tak bisa berhenti untuk peka mendengarkan semua. Akhirnya aku tahu sendiri bagaimana usahanya meyakinkan orang tuanya, aku tahu sendiri bagaimana fokusnya dia, bagaimana ambisinya yang tak bisa dipatahkan. Sejauh ini, dia tidak jadi berangkat ke Irlandia. Ini masalah dengan kampus dan visanya, dan sepertinya dai sudah tidak mengharapkan. Karena ini bukan hanya sekali, sudah beberapa kali dia menaruh harapan tapi tetap tidak ada kabarnya. Sekarang fokusnya meneruskan garment milik keluarganya, entah dia jadi cuti dari kuliahnya atau tidak. Dan tentunya akan tetap tekun belajar bahasa Inggris dan Jepang sembari menanti keberangkatan lainnya. Yap, hari ini aku menyerah. Sungguh berjanji pada diri sendiri tidak akan mengusiknya sedikitpun. Aku tahu bagaiman raut wajahnya yang berubah ceria ketika selesai berargumen dengan ayahnya, wajah yang sebelumnya cemberut tapi berusaha ditutup-tutupi benar-benar berubah ketika dia mantap dengan masa depannya.


Aku menyebut ini pengorbananku untuk sebuah kesuksesan. Tidak ada yang lebih menyenangkan melihat yang disayang bahagia mengejar cita-cita walaupun harus meneteskan air mata melepas semua kebiasaan bersama. Aku memang tidak bisa melakukan ini, tapi aku harus melakukan ini. Aku juga harus mulai dengan sesuatu yang lebih baik sepertinya, bukan malah meratapi kepergiannya. Dia telah membuat hidupku berubah jadi lebih baik, dan itu harus kuteruskan. Meski harus kehilangan sepotong hati. Aku akan mulai semuanya dari awal, mulai menyusun hal-hal menyenangkan yang bisa kulakukan. Mungkin aku tidak akan terburu-buru mencari penggantinya, berkaca dari pengalaman sebelumnya. Tidak ada yang menetap di hati begitu lama, yang diharapkan terbaik malah setengah hati bersama. Hehehe. Ya, setidaknya mencari teman bicara dulu lah ya, yang bisa diajak berbicara dan tertawa ngalur-ngidul. Kalau klik siapa tahu bisa jadi teman hidup. hihihi *promosi* ^^v

Sekian cerita saya, akhirnya kantuk datang juga. Ah, leganya.

Selamat ulang tahun, lebih semangat mengejar cita-cita diumur yang sudah berkepala dua.
Terima kasih untuk semua kenangan yang indah :)

Mahasiswa harus bisa BICARA

Sore tadi sekitar pukul setengah 4 aku berada di Lantai 4 Student Center. Rapat Dies Natalis Unud ke 52 sedang dilaksanakan. Rapat yang molor 30 menit ini cukup banyak mengobrak abrik isi kepalaku. Jadi ceritanya aku hadir dalam rapat ini sebagai perwakilan BEM fakultasku, dan kebetulan pula aku turut andil menjadi sekretaris tim sukses fakultas kesayangan dalam berbagai pertandingan dan perlombaan yang akan diadakan sejak awal bulan September ke depan. Aku hadir bersamaa koordinator dari fakultasku dan ibu gubernur BEM fakultasku. Rapat ini lengkap dihadiri oleh seluruh BEM fakultas di Unud dan dipimpin oleh panitia Dies Natalis serta presiden BEM Unud.

Rapat ini berlangsung cukup alot. Banyak sekali sanggahan dan masukan dari segala penjuru arah. Untung saja panitia sigap dan menyerahkan kembali segala keputusan yang akan diambil berdasarkan hasil diskusi bersama oleh seluruh peserta rapat. Intinya sih biar tercapai keputusan yang mufakat. Aku mungkin tak akan menceritakan panjang lebar mengenai rapat ini, tapi yang menarik adalah bagaimana kita yang meperhatikan hal-hal unik dari tiap rapat (atau pertemuan dengan banyak orang). Selain keunikan peserta rapat yang berwajah menawan lho ya. hehe :p 

Aku suka memperhatikan bagaimana cara orang menyampaikan isi kepalanya di depan orang banyak, hal ini menurutku tak bisa dipelajari hanya dengan membaca buku "cara berbicara di depan umum" tapi belajar dari melihat dan mendengarkan keseluruhan cara orang lain berbicara juga salah satu caranya. Seperti misalnya, mahasiswa dari fakultas A menyampaikan isi kepalanya secara terstruktur tapi tidak bisa menyakinkan seluruh pendengarnya, atau mahasiswa dari fakultas B yang cara penyampaian isi kepalanya tidak terstruktur, tapi tegas dan disertakan dengan rasionalitas dari kalimat yang diucapkannya. Itu dua contoh tipe mahasiswa yang berbeda dari banyak tipe lainnya. Dari sini aku belajar, bagaiamana cara menyampaikan isi kepala di muka umum serta dapat mengendalikan pendengar disekelilingku.

Aku sering mengikuti kegiatan rapat atau sekedar diskusi santai seperti kegiatan di jurusan, fakultas, universitas, atau diskusi luar kampus yang memang sengaja ku datangi untuk sekedar memperoleh informasi. Banyak sekai tipe orang yang kutemui, ada yang tipenya ku sukai dan adapula tipenya menurutku harus dihindari. Selain itu rapat tadi juga membuatku berpikir menjadi seseorang yang bicaranya terstruktur, pikirannya fokus dalam menyampaikan sesuatu, tegas, dan berbicara mudah dimengerti yang disertai dengan implementasi tidaklah cukup untuk bisa menguasai segalanya. Misalnya, si A sangat pandai berbicara dalam lingkungannya, tapi ketika dia pergi ke lingkungan B belum tentu si A akan mudah menyesuaikan diri untuk menunjukan bakat bicaranya pada lingkungan B. Ini dia pointnya, ketika pandai sesuatu ya harus terus dilatih dengan melihat cara berbicara orang lain, mendengarkan pembicaraan secara utuh, dan mencoba mengikuti pembicaraan. Bukan malah sebaliknya.

Ya, menurutku ini salah satu bagian dari softskill yang sering dibicarakan oleh mahasiswa. Yang katanya 80% lebih penting dibandingkan praktikum dan teori di kampusmu. Atau yang katanya mahasiswa adaah Agent Of Change yang otomatis harus bisa berbicara di depan umum. Nahlo, jadi bagaimana sekarang ? Siap dong mulai sekarang bakal rajin memberi pendapat dalam rapat atau diskusi ? Bukannya malah main gadget atau tidur dalam rapat atau diskusi. hehe peace ^^v.
Ayo deh, mulai bentuk diri dengan softskill yang baik mumpung masih mahasiswa dan mumpung belum dikejar TA. yuhuu ~

Serius, Ini Makan Hati

"Kenapa masih peduli ? Sudah tahu itu makan hati.."

Ini ibaratnya melihat seseorang yang terkapar, bolak-balik mencari bantal, untuk mencoba terlelap disaat orang-orang sibuk bercengkrama. Mukanya pucat. Badannya terlihat lemas. Tanpa basa-basi langsung saja bertanya, "Kamu sakit ? Sudah Makan ?" setelah pertanyaan itu muncul dan jawaban yang terucap terkesan acuh mungkin yang terbersit diawal "Kok masih nanya-nanya sih,"


"Masih saja dibanggakan, sudah tahu itu bersamanya hanya sebuah khayalan,"

Ketika seseorang sudah menyatakan untuk tidak mengharapkannya, untuk menutup rapat hatimu dan memberikan pada orang yang lebih tepat, cobalah cerna kata-katanya. Jika kamu tidak bisa segera meninggalkannya, coba berhenti untuk menyebut namanya saat kamu berbincang dengan kawan-kawanmu. Ketika kamu masih terus menyebut namanya, kamu akan terus mengingatnya, dan semakin sulit untuk berhenti membanggakannya. Ini masalah besar. Semakin besar ketika kamu tidak sadar realita kehidupan, kalau hal kecil seperti berhenti menyebut namanya dalam hari-harimu adalah hal termudah untuk mengabaikan khayalan indah.

"Sudah tahu menyakitkan, sampai kapan terus diperjuangkan?"


Ini seperti orang-orang di sosmed yang terus memperjuangkan penolakan reklamasi. Segala upaya mereka lakukan untuk menggagalkan niat rakus petinggi negara. Tak terhitung harus berapa kali turun ke jalan. Sama seperti kamu yang terus berjuang hingga kamu lelah dan merasa terabaikan. Apa kamu langsung menyerah ? Tak tahu, yang terpikir hanya setelah matahari datang lagi di keesokan hari rindu itu datang lagi. Sepertinya tidak akan mudah untuk berhenti.


"Manusia hanya butuh teman bicara, yang bisa dengan tulus memeluknya ketika tak sengaja air matanya menetes"

Suata saat mungkin akan terjadi krisis teman bicara. Ketika yang dibutuhkan hanya duduk bersama, saling bertegur sapa, bersendau gurua, atau sekedar bercerita bagaimana hari ini dilaluinya. Saat ini aku begitu sulit menemukan ini. Atau mungkin aku saja yang terlalu senang menyimpan sendiri ? Hingga penuh dan harus membakar sendiri file-file yang tersimpan di hati seperti apa yang dilakukan Spongebob hanya untuk mengingat namanya. Krisis teman bicara ? Sungguh menyedihkan.

Liciknya senyuman

"Karena senyum itu terlalu berbahaya untuk disimpan, dan begitu menyakitkan bila 'harus' selalu dipertontonkan...."

Tidak ada yang tidak senang jika diberi senyuman. Sekalipun tidak kenal, atau tidak saling menyapa. Senyum adalah cara terampuh untuk mencairkan suasana. Bukan hanya enak dilihat, tapi juga cukup membuat tenang si pemilik senyum. Percaya atau tidak, senyum memang kekuatan terdahsyat yang seharusnya dipertahankan oleh setiap orang. Termasuk orang yang sedang dalam kondisi tidak bisa tersenyum, Tetap dia harus bisa tersenyum.

Di saat tidak ada yang peduli atau mencoba tidak tahu bagaimana keadaanmu, bagaimana kamu menjelaskan cukup jelas kepada dunia bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja. Disini harus tetap tersenyum? Atau ketika kamu diberi sebuah lelucon, akan begitu menyakitkan jika kamu tidak membalasnya dengan sebuah tawa atau sedikit tersenyum walaupun sebenarnya pikiranmu sedang berkecambuk dengan banyak hal.

Senyum. Malam ini, aku sengaja menutup pintu kamar lebih awal. Bukan karena aku malas berbagi senyuman dengan teman-teman yang lain. Malam ini aku sedikit lelah harus tersenyum dengan pikiran bercabang yang cabangnya sudah seperti cabang KF* atau MC* yang disetiap sudut pasti selalu ada (masalah) makanan yang siap dijual dengan pelayanan yang 'wajib tersenyum'. Sungguh, senyum adalah upaya terhebat yang sering digunakan untuk menipu orang lain, terlihat bahagia dan kuat hanya dengan senyuman bukan hal yang tabu lagi. 

Malam ini, selain aku belajar bagaimana molekul menyerap sinar dan bisa dipancarkan lagi dengan sinar yang sama atau berbeda sejenak aku juga belajar manusia dan senyuman memang sangat licik. Dipikir-pikit senyum itu membahagiakan tapi tak jarang  juga menyakitkan. 

Ah sudahlah. Ku yakin suatu hari ketika lelah itu menguasa, izinkan saja aku sejenak untuk berbaring melepas lara. Hingga saat bahagia tiba, senyum itu (pasti) akan kembali tercipta.


BISU

aku menulis ini penuh dengan emosi. aku mengenalmu bukan kemarin atau beberapa jam yang lalu. aku mengenalmu sudah seperti aku mengenal ayah dan ibuku. aku merasa sangat dekat denganmu. aku merasa begitu nyaman denganmu. sudah tidak ada lagi yang harus ku sembunyikan darimu. sudah tidak ada lagi yang harus kututupi darimu. aku bisa menangis, berteriak, tertawa, atau menjailimu sesuka kemauanku. aku memilikimu tanpa harus berkata kamu milikku. aku tahu itu lebih dari apapun.

tapi sayang, bertahun-tahun kita menghabiskan waktu berdua tidak cukup menjadikan aku dekat denganmu. tidak cukup menjadikan aku sebagai pendengar terbaikmu. ku pikir selama ini aku terlalu banyak bercerita ini itu ketika bersama, dan tak sempat mendengar ceritamu. sungguh egoisnya aku. atau mungkin kamu juga enggan bercerita denganku karena kita tidak dekat tapi raga kita dekat. ah, aku tidak tahu. ini lebih rumit dari sebuah teka-teki silang yang sering pernah beberapa kali kita kerjakan bersama dahulu. 

hari ini. tepat malam ini. aku penuh rasa sesak menulis ini. tak satupun kabar ku dapat darimu. tak satupun cerita terucap dari mulutmu. kamu datang dengan bahagia, dan meninggalkanku sementara dengan derita. aku yakin sementara karena ini sudah sangat sering terjadi. tapi sementara yang berulang ini benar-benar menyesakkan. aku tak pernah tahu alasan apa yang bisa membuatmu seperti ini. aku tak pernah tahu apa yang harus ku perbuat disaat seperti ini. aku tidak tahu bagaimana kabarmu. aku tidak tahu bagaimana kondisimu. aku hanya tahu kamu tetap menjadi kebanggaanku dihadapan teman-temanku, meski sering kali dalam hati aku kesal sendiri bagaimana aku masih bisa mengindahkan seseorang yang tak ku tahu keadaannya.

aku tidak ingin menjadi bebanmu. sama sekali tidak ingin menahan segala keinginanmu. aku hanya ingin sesekali menjadi pendengar yang manis akan semua keluh kesahmu, aku hanya ingin menjadi penenangmu seperti apa yang selalu kau lakukan padaku. jangan kira aku berbahagia dengan diammu, jangan kira selama ini aku mengikuti sementaramu karena aku terbiasa dengan segala kebisuanmu. 

pagi sangat cerah, ketika satu salam datang melebihi hangatnya sinar mentari
sore begitu teduh, ketika sebuah tawa tercipta oleh dua manusia
malam teramat indah, ketika kita tutup hari dengan sebuah pelukan yang berarti

maaf, kamu lagi-lagi muncul dalam tulisanku.
cepatlah berbahagia kembali

June and Beach !


Tegal Wangi Beach

Hi dunia, Hi Juni, Hi yang lagi iseng gak ada kerjaan nengok blog yang gak pernah update ini. Gak kerasa ya tahun ini udah berjalan setengahnya, ini sudah bulan keenam lho pemirsa. Jadi ceritanya, karena kurang kerjaan, iseng buka file foto di laptop. Entah kenapa, album BEACH berisi foto narsis terbanyak. Selain karena memang suka pantai dan bangga menjadi anak pantai, banyak sekali foto bahagia yang membuat good mood di malam awal bulan Juni ini. Nih, aku tunjukin beberapa foto menarik. Lumayan kan buat jadi refrensi jalan-jalan men kalian saat libur semester nanti. Kalo lagi musim ujian gini, foto-foto ini dicetak dulu aja. Tempel deket meja belajar, dijamin jadi ngebet ke pantai eh jadi ngebet belajar biar ujian lancar dan ngebolang ke pantai jadi terasa lebih cepat *ngelesss. Oke, cekidot ~

PANDAWA BEACH 

Pantai Pandawa ini terletak Bali Selatan, tepatnya di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Dahulu pantai ini dikenal sebagai Secret Beach karena lokasinya yang berada di belakang tebing-tebing tinggi ditumbuhi oleh semak belukar.

Tebing seperti ini berada membelah disepanjang jalan menuju pantai. Model di atas adalah kakak sepupu saya namanya Dian. Cantikan tebing atau modelnya ayo ? :))
Nama Pandawa dari pantai ini berasal dari Panca Pandawa, yang sangat apik terlihat di pinggir pantai seperti patung Yudistira, Bima, Nakula, Sadewa, dan Arjuna. 
Ini saya dengan salah satu patung Panca Pandawa
Waktu itu, saya dan Dian pergi ke pantai ini masih cukup pagi sekitar pukul 07.00. Pantai ini masih sangat sepi, jadi kami merasa seperti pantai ini milik kami berdua. Kami asyik berkeliling, berfoto, bermain pasir, loncat tebing sana-sini, hingga akhirnya kami lelah dan tetap berfoto hingga ribuan foto. Sungguh narsis kakak beradik ini ~

Saya, Jukung, dan Senyuman bahagia
Entah dikejar siapa, tapi foto ini sungguh tanpa rekayasa
Lihat tebingnya jangan lihat modelnya, indahnyaaa
Akhirnyaaaa ada orang selain kami di pantai ini, so cheerssssss
*maksa minta di fotoin berdua*
Matahari sudah begitu terik, dengan berat hati kami terpaksa meninggalkan tempat ini. Sungguh menyenangkan, walaupun kami hanya berdua di pantai ini. Tapi kenangannya membekas indah. haha *lebay



Terakhir, Ini pemandangan dari atas pantai. Gimana, Oke kan?
 JIMBARAN BEACH

Yuhuu, ini pantai berikutnya. Lokasinya di Kedonganan, Bali Selatan. Awalnya saya mengenal pantai ini dari seseorang teman *uhuk yang ingin menunjukkan sesuatu kepada saya. Sungguh indah, lukisan wajah dan pemandangan indah. Lukisan wajah -saya- yang tidak saya ambil sebenernya diberikan untuk saya, tapi ya gimana ya, tidak ingin membuat orang GR jadi lebih baik tidak diambil walaupun sebenarnya saya sangat suka dengan lukisan itu *oke abaikan* Bagaiamana soal pemandangan indah ? Ini dia !

Saya ke pantai ini (lagi) dengan teman sepantaian (sebutan untuk anak penggila pantai) yaitu Dewi. Yap, anak ini sudah sama gilanya dengan saya. Pantai adalah surga buat kami. Jadi ketika saya berkata, "wik, pantai yuk bosen nih abis pulang praktikum !" Dewik berkata "YUK !" dan berangkatlah kami ~


Dewik sedang berpose
Ini karang cantik dan cewek yang nebeng cantik

Pantai Jimbaran
Dua kali ke pantai ini, sebenarnya terbilang pantai yang menenangkan. Namun kondisinya yang selalu ramai dengan wisatawan menjadikan pantai ini tampak seperti Pantai Sanur, atau pantai yang sudah biasa dikunjungi oleh masyarakat Bali Selatan.

Hotel disekeliling pantai Jimbaran 
Pecalang pengaman sekeliling keadaan hotel 

TEGAL WANGI BEACH

Byurrrrrrrr.. byurrrrr.. byurrrrrr.. Ingatan badai ombak terbayang ketika membuka album foto dari pantai ini. Yes, ini dia. Pantai yang ditemukan dengan menuju bekas hotel Ritz Carlton ke arah Pura Tegalwangi. Tepat di depan Pura Tegalwangi kita akan melihat pantai dari atas bukit. Ini asli keren men ! 

Saya pergi ke pantai ini selepas kuliah, tepat setelah penat praktikum bersama geng Farmasi Terjang Pantai *nama geng ini fiktif belaka. Jadi rame, yeyeyeye. Eh gak cuman anak farmasi sih, ada juga Ratna, Agus, dan Purwa (sebut saja mereka penyusup). hahaha =P


Dipilih-dipilih, dijual terpisah *eh

Ini adalah pantai yang sungguh luar biasa dahsyar ombaknya. Entah karena cuaca atau apa, yang pasti kami sudah terserat ke kanan ke kiri oleh ombak di pantai ini. Asyik dan Bahaya. Itu dua kata yang membuat kami berteriak bahagia dan mengundang kami untuk waspada ketika salah satu dari kami yang terseret cukup jauh. Oke, syukurnya kami dilindungi oleh Tuhan dan dua orang ini. 

Agus dan Purwa
Tim Sar yang sangat kompak menyelamatkan kami dari amukan ombak :))
Entah bagaimana, saya merasa ini benar-benar anugrah, Ketika kami ramai-ramai ke pantai, ternyata pantainya sungguh WOW. Beruntung sekali ada dua orang ini yang bertaruh jiwa dan harta. Ini serius men, mereka luka-luka karena terbentur tebing, belum lagi flashdisk hilang dan hp rusak total. Kurang ekstrim apalagi coba ?



INI GAMBARAN OMBAKNYA ! COBA PERHATIKAN DAN BAYANGKAN 
*SERU KAN? *EH *BAHAYA INI !!!

hahaha, ini adalah pengalaman ke pantai paling ekstrim yang pernah saya alami. Benar-benar basah, benar-benar totalitas menjadi anak pantai. Tapi ini tidak menghalangi kami untuk tetap mencuri-curi waktu untuk mengabadikan moment. Dengan tetap memperhatikan ombak disekitar kami =P
Saya dan Ratna cantik :))
Awas OMBAKKKKK
model ceritanya 
Ini kami, ini pantai, ini ombak, dan ini kebahagian kami.
Saling menggenggam, berpegangan.
Ini cerita bagi kami, cerita bahagia keesokan hari.

GREEN BOWL BEACH

Pantai ini masih terletak di kawasan Jimbaran, berdekatan dengan Pantai Pandawa. Pantai ini tersembunyi di balik tebing, membuat pantai ini selalu terjaga dan bebas polusi. Sangat sepi tidak seperti kebanyakan pantai lainnya di Bali. Untuk mencapai pantai ini, pengunjung harus berjuang untuk menuruni ratusan anak tangga yang curam. Saya sempat iseng menghitung, sekitar 317 anak tangga. Keren kan? *ngelap keringet


Keringat menuruni anak tangga, terbayar dengan indahnya ini.
Gimana dong ya ? *terharu
Pantai ini sepi, kalian mau jungkir balik, salto, atau joged oplosan juga tidak akan ada yang tahu. Sungguh menyenangkan =))




Kami menghabiskan waktu dengan menyusuri sepanjang pantai, memperhatikan beberapa turis yang sedang bermain bola, dan pada akhirnya kami berpose. Jangan salahkan kami narsis ya, ini hanya bagian dari mengabadikan momen yang akan sangat menyenangkan ketika suntuk seperti saat ini melihat moment-moment seperti ini. 




Dalam foto ini ada Dewik, Gek In, Dwi, Coktik, dan Saya :)
dan Moment ter-asyik dari pantai ini adalah ini. ini dia. silahkan perhatikan wajah di bawah ini. Saya yang berusaha keras menyemangati teman saya ini untuk berjuang pulang. Naik 317 ANAK TANGGA. SELAMAT GEMPOR :))

no caption JUST FIGHTING ! HAHAHA

KARMA KANDARA BEACH

Ini pantai yang pilih kasih dan buat iri. Tapi, gak kalah keren dengan pantai lainnya. Mau tahu kenapa pilih kasih dan buat iri ? Karena pantai yang terletak di Unggasan ini memiliki dua jalur untuk sampai di pantai setelah memarkir kendaraan. Ada jalur bayar dan jalur gratisan. Oke, mungkin belum bisa dikatakan membuat iri. 

Jalur bayar ini ditempuh dengan menuruni jalan menuju pantai menggunakan lift yang harus dibayar per orangnya 250.000. Oke, mulai kebakaran jenggot. Tapi sesungguhnya jika berduit, jalur ini juga menyenangkan dan sebanding dengan kocek yang harus dikeluarkan. Perhatikan deh gambar di bawah ini 


Inclinator (lift) sedang turun menuju Karma Kandara Beach
yang berada di bawah tebing.


Dan, karena kami masih mahasiswa yang belum bisa menghasilkan duit sebanyak itu sendiri. Kami memilih jalur nomer dua. Yuhuu.. apapun kami lakukan demi pantai. *ngeles
Pertama kami melewati ini dulu

Lorong sempit menuju Pantai Karma Kandara

Lalu, lagi-lagi harus menuruni ini. Walaupun jumlahnya tidak sebanyak di green bowl lho ya. Aman deh !


Anak tangga menuju Pantai Karma Kandara


Dan setelah bersusah payah, mau tahu hasilnya. taraaaaaaaa ^^

Karma Kandara Beach
Sungguh bening air pantai disini, sungguh membuat takjub, dan tak henti-hentinya saya berlari kesana kemari walaupun angin sangat kencang dan langit mendung. Kami tetap berbahagia berada disini walaupun pulang dari pantai kami harus naik tangga lagi dengan diguyur hujan. Swingggggg ~

Gek in, Eling, Dewik, dan Saya :))

Bukti angin begitu kencang, dan tetep maksa fotoan biar keliatan semua.
Oke, ini kegilaan kami *perhatikan rambut*
Dan kami terpaksa pulang, karena mendung ini telah berubah menjadi hujan. Sampai Jumpa Karma Kandara :))

Yaps, jadi baru sekian pantai di Bali Selatan yang telah mengukir banyak cerita antara saya dan mereka. Hai Juni, mari selesaikan segera bulan ini karena saya sudah tak sabar bergembira menyusuri pantai-pantai lainnya ~
 
Download this Blogger Template From Coolbthemes.com